==========================================
Cinta itu butuh kesabaran…
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita ???
************ ********* ********* ********* **
Hari itu,,,aku dengan nya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..
Pernikahan kami sederhana tapi sangat meriah…..
Ia menjadi pria yang sangat romantisan pada waktu itu.
Menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula
Ketika kami pacaran dia sudah sukses dalam karir nya.
Kami berbulan madu di tanah suci,,itu janjinya ketika kami berpacaran
Setelah menikah aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….
Aku sangat bahagia dengan nya,,diya sangat memanjakan aku…. Sangat terlihat
rasa cinta dan sayangnya pada ku.
Banyak orang yang bilang,kami pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali
bagaimana suamiku memanjakanku. Aku bahagia menikah dengannya.
************ ********* ********* ********* ******
5 Tahun sudah kami menikah, sangat tak terasa waktu berjalan, walaupun kami
hanya berdua saja.
Karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil
di tengah keharmonisan rumah tangga kami.
Karena dia anak lelaki satu - satunya dalam keluarga nya,,jadi aku harus
berusaha untuk dapat meneruskan generasi nya…
Alhamdulillah suamiku mendukung ku…. Ia mengaggap Allah belum mempercayai
kami untuk menjaga titipan NYA.
Tapi keluarga nya mulai resah,, Dari awal kami menikah ibu & adiknya
tidak menyukaiku,, aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari
mereka,,tapi aku menutupi dari suami ku…..
didepan suami ku,,mereka sangat baik pada ku,,tapi dibelakang suami ku,,aku
dihina - hina oleh mereka…
Pernah suatu ketika, 1 tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami
kecelakaan,, , mobilnya hancur
Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi
seorang janda.
Ia dirawat dirumah sakit,,pada saat dia belum sadarkan diri,,aku selalu
menemaninya siang & malam, kubacakan ayat - ayat suci Al - Qur’an,aku sibuk
bolak - balik rumah sakit dan tempat aku melakukan aktivitas sosialku, aku
sibuk mengurus suamiku yang sakit karean kecelakaan.
Ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami,,aku melihat
didalam kamarnya ada ibu, adik - adiknya dan teman - teman suamiku, dan satu
lagi aku melilhat seorang wanita yg sangat akrab dengan ibunya. Mereka tertawa
menghibur suamiku.
Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat
suami ku sudah sadar,,tapi aku tak boleh sedih di depannya.
Kubuka pintu yg tertutup rapat itu,sambil mengatakan “Assalammu’alaikum”
mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua
melihatku,,, suamiku menatapku penuh manja,,mungkin ia kangen padaku karena
sudah 5 hari mata nya selalu tertutup. Tangannya melambai,,mengisyar atkan aku
untuk memegang tangannya yg erat. Setelah aku menghampirinya, ku cium tangannya
sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg
lirih tapi penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.
Ibu nya lalu berbicara sama aku …
“Fis, kenalakan ini Desi teman Fikri”
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya,
perempuan itu bernama Desi, dan diya sangat akrab dengan keluarga suamiku. Dan
akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga.
Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku biacara di dalam
ruangan,,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.
Aku sibuk membersihkan & mengobati luka - luka di kepala suamiku,,,baru
sebentar aku membersihkan mukanya,,tiba - tiba adik ipar ku yg bernama Dian
mengajakku keluar,ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya.
Aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata ” lebih baik kau pulang saja ” Ada kami yg menjaga abang
disini. Kau istirahat saja. ”
Aku pun tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang
harus banyak beristirahat, karena sikologisnya masih labil,, Aku berdebat
dengannya mengapa aku tidak boleh pamitan pada suamiku, tapi tiba - tiba ibu
mertuaku datang menghampiriku dan ia mengatakan hal yg sama, ia akan memberi
alsan pada suamiku mengapa aku pulang tak pamitan pada nya, toj suamiku selalu
menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah suamiku tetap saja membenarkannya,
akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.
Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali
dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dlm kesendirianku. Menangis
mengapa mereka sangat membenciku.
************ ********* ********* *********
Hari itu, aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut
kehilangannya, aku takut cintanya dibagi denagn yang lain. Pagi
itu, pada saat aku membersihakn pekarang rumah kami, suamiku memanggil ku ke
taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan
favorit kami, sambil melihat ikan - ikan yang bertaburan di kolam air mancur
itu.
Aku bertanya ” Ada
apa kamu memanggil ku ?”
Ia berkata ” Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang ”
Aku menjawab ” Ia sayang aku tahu, aku sudah mengemasi barang - barang kamu
di travel bag dan kamu sudah pegang tiket bukan ?”
“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sdh
lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku kan pulang dengan mama
ku ” Jawab nya tegas
“Mengapa baru bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana ?” tanya ku
balik kepada nya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia
baru memberitahu rencana kepulanggannya itu, padahal aku bersusah payah mencarikan
tiket pesawat untuknya.
” Mama minta aku yang menemani nya saat pulang nanti ” jawab nya tegas
” Sekarang aku ingin seharian dengan kamu, karena nanti kita 3 minggu tidak
bertemu, ya kan
?” lanjut nya lagi sambil memeluk ku dan mencium keningku. Hatiku sedih, dengan
keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.
Bahagianya aku, dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang &
cintanya.
Walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi
karena keluarga nya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu pada ku karena
suamiku sangat sayang pada ku, aku memutuskan agar ia saja yg pergi, dan kami
juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karena ini acara sakral bagi keluarganya. Jadi seluruh keluarga nya harus
komplit, aku pun tak diperdulikan oleh keluarganya harus datang atau tidak,
tidak hadir justru membuat mereka sangat senang, aku pun tak mau membuat riuh
keluarga ini.
Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluannya
yang akan dibawa ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh
dipipiku lalu aku peluk erat dirinya, hati ini bergumam seakan terjadi
sesuatu,,tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis
karena akan ditinggal pergi olehnya.
Aku tidak pernah di tinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama -
sama kemana pun ia pergi.
Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian tidak punya teman, hanya pembantu
saja teman ngobrolku.
Hati ini sedih akan di tinggal pergi oleh nya.
Sampai keesokan hari nya, aku menangis..menangisi kepergiannya.
Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh
berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu
menelpon ku.
************ ********* ********* *********
Berjauhan dengan suamiku, sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah
aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadi aku tak terlalu kesepian
di tinggal pergi ke Sabang.
Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami buruk,saat ia di sana aku pun
jatuh sakit…rahimku sakit sekali seperti dililit oleh tali,,,tak tahan aku
menhan rasa sakit dirahimku ini,sampai - sampai aku mengalami pendarahan,, aku
dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki - lakiku yang kebetulan menemaniku
disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stdium 3…. Aku
menangis,,apa yang bisa aku banggakan lagi,,mertuaku akan semakin menghinaku,,
,suami ku yang malang,,yang berharap akan punya keturunan dari rahimku… Aku tak
bisa memberikannya keturunan. Dan aku hanya memeluk adikku.
Aku kangen pada suamiku, aku menunggu ia pulang,,kapan ia pulang, aku tak
tahu..
Sementara suamiku disana,,aku tidak tahu mengapa ia selalu marah - marah
jika menelponku,, bagaimana aku akan cerita kondisiku jika ia selalu marah -
marah terhadapku,,
Lebih baik aku tutupi dulu,,dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama
ia berada di Sabang.
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita pada
nya.
Setiap hari aku menanti suami ku pulang, hari demi hari aku hitung….
Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto -
f oto kami, ponselku berbunyi, menandakan ada sms yang masuk.
Ku buka di inbox ponselku, ternayta dari suamiku yang sms, ia menulis “
aku
sudah beli tiket untuk pulang, aku pulang nya satu hari lagi, aku aku kabarin
lagi“.
Hanya itu saja yang diinfokannya, aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego
yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba,,aku menantinya di rumah.
Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum
kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan aku akan menyelesaikan masalah
komunikasi kami yg buruk akhir - akhir ini.
Bel pun berbunyi, kubuka kan pintu untuknya ia pun mengucap salam, sebelum
masuk aku pegang tangannya ke depan teras, ia tetap berdiri, aku membungkuk
untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan ku cuci kedua kakinya, aku tak mw ada
syaithan yang masuk ke dalam rumah kami, setelah itu aku pun berdiri langsung
mencium tangannya tapi apa reaksi nya …
Masya Allah ia tidak mencium keningku, ia langsung naik keatas, ia langsung
mandi dan tidur,tanpa bertanya kabarku..
Aku hanya berpikiran, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya
sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada
tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.
Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas,
aku tak tega membangun kannya, aku helus mukanya, aku cium kening nya, lalu aku
sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.
************ ********* ********* *********
Aku mendengar suara mobinya, aku terbangun lalu aku liat dia dari balkon
kamar kami dia bersiap - siap untuk pergi, aku memanggil nya tapi ia tak
mendengar, lalu aku langsung ambil jilbabku, aku lari dari atas ke bawah tanpa
memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku, aku mengejarnya tapi ia begitu
cepat pergi,,ada apa dengan suamiku…mengapa ia sangat aneh terhadapku ?
Aku tidak bisa diam begitu saja firasatku ada sesuatu.
Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuaku, kebetulan Dian yang
angkat telpon nya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang terjadi dengan
suamiku. Dengan enteng ia menjawab “Loe pikir aja sendiri !!!” telpon pun
langsung terputus.
Ada
apa ini ? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah
ia pulang dari kota
kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan ku.
Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah
melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami, kami berbicara seperlunya
saja, aku selalu di introgasinya, aku dari mana dan mengapa pulang terlambat,
ia bertanya denagn nada yg keras, suamiku telah berubah.
Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah di tuduh nya berzina dengan
mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku
serendah itu, tapi aku selalu ingat, sebagaimana pun salahnya seorang suami,
status suami tetap di atas para istri, itu yang aku pegang, aku hanya berdo’a
agar suamiku sadar akan prilakunya. *******
2 Tahun berlalu, suamiku tak berubah juga, aku menangis tiap malam, lelah
menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja kenal, kemesraan
yang kami ciptakan dulu telah sirna, walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku
tetap merawatnya & menyiapi segala yang ia perlukan. Penyakitku pun masih
aku simpan dengan baik dan ia tak pernah bertanya obat apa yang aku minum.
Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak
tahu kapan ini semua akan berakhir.
Bersyukurlah, aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang
guru ngaji jadi aku tak perlu repot - repot meminta uang pada nya hanya untuk
pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.
Sungguh suami yang dulu aku puja, aku banggakan sekarang telah menjadi orang
asing, setiap aku tanya ia selalu meyuruhku untuk berpikir sendiri.
Tiba - tiba saja malam itu, setelah makan malam selesai, suamiku memanggilku.
“ya ada apa Yah !” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”
“Lusa kita siap - siap ke Sabang ya !” Jawabnya tegas
” Ada apa ?”
Mengapa ?” sahutku penuh dengan keheranan
Astaghfirullah. ..suami ku yang dulu lembut menjadi kasar, diya mebentakku,,
tak ada lagi diskusi anatara kami.
Dia mengatakan ” Kau ikut saja jgn byk tanya !!! ”
Aku pun lalu mengemasi barang - barang yang akan dibawa ke Sabang sambil
menangis,sedih karena suamiku yang tak ku kenal lagi.
2 Tahun pacaran, 5 tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi
orang asing buat ku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang
dihiasi foto pernikahan kami sekarang menjadi dingin, sangat dingin dari batu
es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak tapi aku
tak bisa, suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada
tinggi, suka membanting barang - barang, dia bilang perbuatan itu menunjukkan
ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar
mengobati penyakitku ini sendiri.
************ ********* ********* *********
Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku
tidak tidur, karena terus berpikir. Keluarga besar nya telah berkumpul disana,
termasuk ibu & adik - adiknya, aku tidak tahu ada acara apa ini.. Aku dan
suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun
keluar bergabung dengan keluarga besarnya.
Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dlm lemari
tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua itu telah ada sebelum suamiku
lahir.
Tiba - tiba Tante Lia, tante yang sangat baik pada ku memanggil ku untuk segera
berkumpul diruang tangah, aku pun ke ruang keluarga yag berada di tengah rumah
besar itu, rumah zaman peninggalan belanda diaman langit - langit nya lebih
dari 4 meter. aku duduk disamping suamiku, suamiku menunduk penuh dengan kebisuan,
aku tak berani bertanya pada nya, tiba - tiba saja neneknya, orang yang
dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya membuka pembicaraan.
“Baiklah,karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha
! ” Nenek nya bicara sangat tegas.. Dengan sorot mata yang tajam.
” Ada apa ya
Nek ?” sahutku dengan penuh tanya..
Nenek pun menjawab ” Kau telah gabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun,
sampai saat ini kami tak melihat tanda - tanda kehamilan yang sempurna, sebab
selama ini kau selalu keguguran !!’
Aku menangis, untuk inikah aku diundang ke mari, untuk dihina atau di
pisahkan dengan suamiku.
“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu, sebelum kau
menikah dengannya, tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur, dan
akhirnya menikahlah ia dengaa kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin
logat orang Sabang seperti itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.
“Dan aku dengar dari ibu mertua mu kau pun sudah berkenalan dengannya” Neneknya
masih melanjutkan pembicaraan itu.
Sedangkan suamikku hanya diam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku
peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian.
Nenek nya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari
pembicaraannya ialah dengan wajah yang sangat menantang ia berkata ” kau mau
nya gimana ? kau di madu atau diceraikan ?”
Masya Allah…… kuat kan
hati ini, aku ingin jatuh pingsan, hati ini seakan remuk mendengar nya, hancur
hati ku, mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..
Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau
kayu tersebut, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
“Fish, jawab !! ” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab
Aku langsung memegang tangan suamiku, dengan tangan yang dingin dan gemetar
aku menjawab dengan tegas……. ..
” Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat
berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga
ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami.”
Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cinta ku di bagi, pada saat
itu juga suami ku memandangku dengan tetesan air mata, tapi mata ku tak sedikit
pun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suami ku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabat ku
dirumah kita nanti Yah ? ”
Suamiku menjawab ” Dia Desi ! ”
Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara ” Kapan pernikahan nya
berlangsung ? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek ?”
Ayah mertuaku menjawab “Pernikahannya 2 minggu lagi.”
” Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruh
nya mengurus KK kami ke kelurahan besok” setelah berbicara seperti itu aku
permisi untuk pamit ke kamar.
Tak tahan lagi, air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka
pintu kamar, aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku
sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi,,sakit.
..diiringi akutnya penyakitku. Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang
asing selama 2 tahun belakangan ini ?
Aku berjalan menuju ke meja rias, ku buka jilbabku, aku bercermin sudah
tidak cantikkah aku ini, ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari
rontok, ku lihat wajahku,,ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku
sudah hampir habis, kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.
Tiba - tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suami ku datang, ia berdiri
dibelakangku, ,tak kuhapus air mata ini aku langsung memandangnya dari cermin
meja rias itu.
Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan “terimah kasih ayah, kamu
memberi sahabat kepada ku, jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi
kamu nanti ! iya kan
?”
Suami ku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum
dan bertanya knp rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai
shampo, dalam hati ku mengapa ia sangat cuek ? ia sudah tak memanjakan ku
lagi.. Lalu dia bilang bilang “sudah malam, kita istirahat yuk ” !
”Aku sholat isya dulu baru aku tidur” jawab ku tenaang.
Dalam sholat, dalam tidur aku menangis, ku hitung waktu, kapan aku akan
berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku. Aku
tak tahu kalo Desi orang Sabang juga. Sudahlah ini mungkin takdirku. Aku ingin
suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku, diamana rasa sayang
dan cintanya itu.
************ ********* ********* *********
Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.
Di laptop aku menulis saat - saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada
suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang tidur
pulas, apa salahku sampai ia berlaku kejam kepada ku. Aku save di my document
yang bertitle “
Aku mencintaimu Suamiku ”
Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk
keluar, aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, mungkin aku takkan
bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama,, lalu suamiku yang telah
siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.
“Apakah kamu sudah siap ?”
Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :
”Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk ke
dalam rumah ini, cucilah kaki nya sebagaimana kamu mencuci kaki ku dulu, lalu
ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun - ubunya
sebagaimana yang kamu lakukan pada ku dulu lalu setelah itu…..” tak sanggup aku
ingin meneruskan pembicaraan ini, aku ingin menagis meledak
Tiba - tiba suamiku menjawab “lalu apa Bunda ?”
Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk,aku langsung
menatapnya dengan mata yang berbinar - binar…
“bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan ?” pinta ku tuk menyakini
bahwa kuping ini tidak salah mendengar.
Dia mengangguk dan berkata ” Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda ?”
sambil ia menghelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sidikit membungkuk
karena diya sangat tinggi, aku hanya sedada nya saja.
Dia tersenyum, sambil berkata ” Kita liat saja nanti ya !” dia memelukku dan
berkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”
lalu ia mencium keningku, aku langsung memeluk nya erat dan berkata ” Ayah,
apakah ini akan segera berakhir ? Ayah kemana saja ? Mengapa ayah berubah
? Aku kangen sama ayah ? Aku kangen belaian kasih sayang ayah ? Aku kangen
dengan manjanya ayah ? Aku kesepian ayah ? Dan satu hal lagi yang harus ayah
tau bahwa aku tidak pernah berzinah ! Dulu waktu awal kita pacaran,aku memang
belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama ayah baru bisa aku terima,
jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari.” Bukan bearti aku pernah
berzina ayah. Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil
berkata ” Aku minta maaf ayah telah membuatmu susah”
Saat itu juga, diangkatnya badanku,ia hanya menangis.
Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali.
Tiba - tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan ku,
dan ia bertanya ” bunda baik - baik saja kan
” tanya nya dengan penuh khawatir.
“aku pun menjawab, bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu
sudah mebuatku baik Yah” aku tak bisa bicara sekarang. Karena dia akan menikah.
Aku tak mau buat diya khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad
nikah tersebut.
************ ********* ********* *********
Setelah tiba dimasjid, ijab qabul pun dimulai. Aku duduk di sebrang suamiku.
Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu membuat hati ini
cemburu, ingin berteriak mengatakn “Ayah Jangan” tapi aku ingat akan kondisi
ku.
Jantung ini berdebar kencang, ketika mendengar ijab qabul tersebut. Begitu
ijab qabul selesai, aku menarik napas panjang, Tante Lia, tante yang baik itu,
memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini, ya,,aku kuat.
Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding di pelaminan. Orang - orang
yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku sangat aneh,
wajahku yang selalu tersenyum tapi hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja, tak
mencuci kaki nya. Aku sangat heran dengan prilaku nya. Apa iya, dia tidak suka
dengan pernikahan ini ?
Sementara itu Desi sambut hangat di dalam keluarga suamiku,tak seperti aku
yang di musuhinya.
Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa !! Suamiku akan tidur dengan
perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tau apa yang mereka lakukan
didalam.
1/3 malam, pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, aku
melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah, ku dekati lalu
ku lihat…. Masya Allah, suamiku tak tidur dengannya,ia tidur disofa, aku duduk
disofa itu sambil menghelus mukanya yang lelah, tiba - tiba ia memegang tangan
kiriku, tentu saja aku kaget.
“kamu datang ke sini, aku pun tau ” ia langsung berkata seperti itu, aku
tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail, ia mengatakan
“maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku.
Besok kita pulang ke Jakarta
, biar Desi pulang denagn mama,papa Dan juga adik - adikku”
Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk
istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama
ini tidak terjadi. Ya Allah, apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk
mengambil nyawaku sekarang ini, aku telah meresakan kehadirannya saat ini. Tapi
masih bisakah engaku ijinkan aku untuk mersakan kehangatan dari suamiku yang
telah hilang selama 2 tahun ini.
Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus ?”
Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.
Aku pun berkata “Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi ?”
” Aku kangen sama kamu Bunda ” Aku tak mau menyakitimu lagi, kamu sudah
terluka oleh sikapku yang egois” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.
Lalu suamiku berkata, ” Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda…
Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalo bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda
seperti mengejar sesuatu, seperti harta ayah, dan satu lagi ayah pernah melihat
sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya klo bunda gk mw berbuat
seperti itu, dan seperti itu di beri tanda kutip ( “seperti itu” ), ayah ingin
ngomong tapi takut bunda tersinggung, dan ayah berpikir klo bunda pernah tidur
dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluar ayah
karena ayah terlalu memanjakan bunda ”
Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan
didirinya, hanya karena omongan keluarganya, yang tidak pernah melihat betapa
tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.
Aku hanya menjawab “Aku sudah ceritakan itu kan Yah, akutidak pernah berzinah, dan aku
mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa kamu,
banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar
hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu.
Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian di
kamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan
berusaha memaafkannya beserta sikap keluaraganya juga. Karna aku tak mau mati
dalam hati yang penuh denagn rasa benci.
************ ********* ********* ********* ********* ********* *********
********* *********
Keesokan harinya….. …..
Katika aku ingin bangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku
sakit sekali..aku pendarahan.. suamiku kaget…
Suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit….
Jauh sekali aku mendengar suara zikir suamiku….
Aku merasakan tanganku basah…
Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa
kekhawatiran.
Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan ” Bunda,,Ayah minta
maaf ,,,,!!”
Berapa kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hati ku, apa ia tahu apa yang
terjadi padaku.
Aku berkata dengan suara yang lirih ” Yah….Bunda ingin pulang,,bunda ingin
bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya Yah….”
“Ayah jangan berubah lagi ya !!! Janji ya Yah… !!! Bunda sayang banget sama
Ayah ”
Tiba - tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakit nya semakin keatas, kakiku
sudah tak bisa bergerak lagi, aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku,
kulihat wajahnya yang tampan, linangan air matanya.
Sebelum mata ini tertutup ku lafazkan kalimat syahadat dan ditutup denagn
kalimat tahlil.
\\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\ \\\\\\\\\ \\\\\\\\\ \\\\\\\\\ \\\\\\\\\
Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku
Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka,,
Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacran samapai
kami menikah.
Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafas ku.
Untuk Ibu mertuaku :
“Maafkan aku telah hadir didalam
kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma, dari dulu
aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah
diriku didepan suamiku, apa engkau punya bukti nya Ma. Mengapa engkau sangat
cemburu padaku Ma ? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk
durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari
anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi
dengan ku, menantumu kau bersikap sebaliknya.”
************ ********* ********* *********
Setelah ku buka laptop,ku baca curhatan istriku
Ayah,,mengapa keluargamu sangat membenciku
Aku dihina oleh mereka ayah.
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu ?
Pernah suatu ketika, aku bertemu Dian di jalan, aku menegornya karena
dia adik iparku tapi aku disambut denagn wajah ketidak sukaannya. Sangat
terlihat Ayah.
Tapi ketika engaku bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia
memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu
ayah.
Aku tak bisa berbicara ttg ini padamu, karen aku tahu kamu pasti membela
adikmu, tak ada gunanya Yah.
Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu paad Desi yang sangat akrab dengan mertuaku
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku
Aku sangat marah….
Jika aku membicarakn hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi
dan ibunya.
Aku tak mau sakit hati lagi.
Ya Allah kuatkan aku,,maafkan aku
Engkau Maha Adil.
Berilah keadilan ini padaku Ya Allah
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku.
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja - manja lagi
padamu.
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini.
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku.
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah.
Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu
Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui
Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku
Aku harus sadar diri
Ayah,,sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku ?
Ayah aku masih tak rela
Tapi aku harus ikhlas menerimanya
Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya
Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku
Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir
Sebelum ajal ini menjemputku
Ayah…akuk kangen ayah
Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu Bun
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi ke Pulau Kayu ini
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan
keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.
Bunda akan selalu hidup dihati ayah.
Bunda… Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah…
Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku
tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak
perduli, dalam kesendirianmu. …
Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur
dengan belaian tangan Bunda yang halus.
Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda,,kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.
Aku menyesal telah asik dalam keegoanku..
Bunda maafkan aku. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat
ditidurmu yang panjang.
Maafkan aku , tak bisa bersikap adil dan membahagiakan mu, aku selalu
mengiyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku
ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.
Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana ?
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana ? Tetap setia di alam sana ?
Tunggulah Ayah disana Bunda……
Bisakan ? Seperti Bunda menunggu ayah di sini…… Aku mohon…..
Ayah Sayang Bunda….
************ ********* ********* *********
Kepada penulis, maaf tulisannya saya pakai tanpa menyebut menuliskan
nama penulisnya krn di email yang saya terima tdk tercantum. Terima kasih telah
memberi pelajaran ttg kesabaran seorang istri, tetapi rasanya berat ya…
Teringat perkataan seorang ‘guru kehidupan’: “Kalau bukan karena
kesabaran seorang istri, lebih banyak lagi rumah tangga yang hancur…”
Sumber :
posted by kuntarti
Dari email seorang teman, semoga kita bisa mengambil hikmahnya…